F Tuhan Menguatkan, Aku Bertahan - LIVE WELL

Tuhan Menguatkan, Aku Bertahan

Entah yang kesekian kali dalam sehari aku menggalauimu. Apakah pantas? Hey coba liat! Teman-temanku diluar sana bisa ketawa-ketiwi bergurau renyah walaupun single, sedangkan aku. Aku punya kamu, jelas status kita berpacaran sejak kamu mengutarakan rasa padaku 5 bulan lalu. Entah rasamu masih sama seperti dulu, atau angin sudah membawanya pergi berlalu?

Kita punya cinta, kita juga punya komitmen. Tujuan yang sama, pernah sakit kita rasakan berdua. Ingat setiap malam kamu menelponku, walaupun layanan operator yang kita percaya berbeda. Bukan alasan untukmu bukan? Hanya untuk mengucapkan penghantar tidur pukul 11 malam. Dulu, apa sih yang nggak buat aku?

Kita pernah bergandengan erat, dengan senyum yang mengarat di lekukan wajah kita. Aku selalu menemani mu disaat kamu butuh, ataupun hanya aku yang ingin berada di sisi mu selalu. Begitupun sebaliknya. Kita bisa saling merasakan isi hati satu sama lain, kita saling mengerti, dan kita juga saling mempertahankan hubungan ini merekatnya rapat-rapat.

Katanya aku akan menjadi milikmu selalu, juga hatimu telah dikunci ketat hanya untuk menyimpan namaku, menjadi tempat pulang rinduku. 2 rindu yang pernah beradu satu, memicu letupan di dadamu juga dadaku.

Aku pernah mengucap janji, sampai kita tua nanti keringat batin rela ku teteskan dalam bejana luka sekalipun untuk mempertahankanmu. Suatu hari janji ku teruji, entah mengapa kamu dekat dengan seseorang. Namanya Caca, ku akui dia memang tidak secantik parasku. Namun, aku selalu ingat bukan fisik yang kamu nomor satukan, namun hati. Dan hatimu milikku sekarang.

"Aku nggak mungkin selingkuh, dia cuma aku anggap teman. Aku hanya milik kamu sayang" kamu pernah meyakinkan ku. Untuk beberapa lama aku percaya. Dosa apa kamu meretakkan kepercayaanku, di malam minggu saat kamu bilang bahwa badanmu sedang demam dan terpaksa aku menerima untuk libur dikunjungi pangeranku. Tentu, kita harus saling mengerti.

"Halo, Res kamu dimana? Barusan aku liet Ronald sama Caca makan di cafe perempatan sekolah, aku pikir itu kamu Resa! Kok bisa sih?" serbu teman dekatku Nissa sukses membakar gendang telinga yang semakin panas. Belum sepanas hati ku, tega Ronald berbohong. Ya aku marah, tapi aku harus redam ego ini. Toh saat bertemu nanti, mata beningmu mampu mengalirkan luapan amarahku menuju telaga jiwamu.

Aku sedih harus mengawali pertemuan manis kita di sekolah, apalagi dengan hati yang terbelenggu emosi, juga takut akan kehilangan. Aku sedih harus bertengkar dengan pangeran yang hampir setengah tahun memuliakan hatiku. Aku lebih sedih lagi jika kamu pergi karena dirimu menganggap bahwa aku masih anak kecil, yang belum bisa mengontrol rasa cemburu. Mungkin kamu tak tahu, cemburuku ini berkaitan dengan cinta kita.

Demi sosokmu, aku bertahan. Aku mengalah, agar hubungan kita bisa bertahan. Toh, masih bisa diperbaiki. Walaupun kepercayaan ku sedikit luntur setelah insiden 'selingkuh'mu mungkin. Maaf, bukan maksud aku menuduh.

Berapa kali aku berpura-pura bahagia? Berapa kali aku mengabaikan kata hatiku sendiri untuk mempercayaimu. Harmoni kisah kita yang dulu putih suci, mengapa sekarang menjadi kelabu? Apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan Ronald ku yang dulu. Yang pasti takkan tega membiarkan kekasihnya berjuang sendirian, apalagi setelah 6 bulan hubungannya.

CONVERSATION

2 Comments: